Mencari Pasangannya Idaman Melalui Kencan Buta

Mencari Pasangannya Idaman Melalui Kencan Buta –  Zefa melakukan peruntungan baru malam itu untuk mencari pasangannya. Sebagai perempuan yang memasuki usia kepala 3, tekanan untuk mencari pasangannya makin besar dari lingkungannya. Hingga akhirnya dia pun mencoba untuk mengikuti acara speed dating yang dilaksanakan oleh salah satu bar di kota Jakarta.

Mencari Pasangannya Idaman Melalui Kencan Buta

Mencari Pasangannya Idaman Melalui Kencan Buta

“So gue waktu itu kirim ada seperti CV-nya terus d Seleksi dan dipilih 10 orang perempuan dan 10 orang laki-laki,” ujar Zefa bercerita pengalaman ini kepada Tirto, Sabtu (13/2/2025).

Pada kesempatan itu setiap teman mendapat kesempatan sekitar lima menit untuk berbicara yang dapat langsung lanjut jika memang cocok. Menurutnya prosesnya ini lebih efektif dalam menyaring calon pasangan.

“lo akrab tau dia tipe lo or nggak. Karena kan langsung bertemu, jadi bisa akrab tau dia bau ketek apa enggak, beneran seru apa pintar cuap-cuap di chat aja. Karena langsung melihat fisik dan berasa kan vibes ngobrolnya”

BacaJuga : 6 Tips Sehat untuk Membawa Kebugaran Tubuh 

Dia sendiri mengaku tidak mendapatkan pasangannya yang tepat malam itu, tapi berniat untuk mengikuti kegiatan seperti itu jika cocok waktu dan harganya. “Ya minusnya memang harus bayar saja dan lebih terbatas pilihannya dibanding dating apps,” tambah Zefa.

Dia menambahkan beberapa orang yang sempat dia temukan dari acara tersebut juga sekarang masih berhubungan untuk sekadar berbincang ataupun terkait karier. “Lumayan kan nambah networking juga.”

Baca juga
1 dari 4 Wanita Indonesia Dijerat Kekerasan oleh Pasangan
Bergeser dari Trend Aplikasi Dating
Mencari pasangan memang terlihat menjadi masalah banyak remaja di Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), ada peningkatan relatif besar untuk remaja lajang antara tahun 2015-2024. Di Statistik Pemuda 2024, tercatat persentase remaja belum menikah dari 55,79 persen pada tahun 2015 menjadi 69,75 persen pada tahun 2024. Artinya kurang dari 3 dari 10 remaja berstatus menikah pada tahun 2024.

Statistik ini mengertakan remaja sebagai mereka di rentang usia 16-30 tahun. “Kelihatannya ini menunjukkan terjadinya pergeseran usia pernikahan remaja,” demikian tulis BPS dalam laporan tersebut. Jumlah remaja juga berjumlah 64,22 juta jiwa, sekitar 20 persen dari jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2024.

Flourish logoA Flourish chart
Circumstances of there being such large numbers of people who practiced jomlo have resulted in the increase in use of dating apps among youths. Populix survey of nearly 1,200 participants, 15-22 January 2024, reported 63 percent of individuals reported ever having used dating apps. Of the above figure, 52 percent were milenials and 44 percent were others of Gen Z. Two age groups partially fall under the youths category.

Apps like Tinder, Tantan, Bumble, Omi emerged as the most used based on that survey. Interestingly, despite being known as dating apps, most of the respondents most claimed reasons for using the apps most were to find a friend to chat with (56 percent), curiosity (48 percent), and just for recreational reasons (46 percent). Only 27 percent of the respondents used the apps to seriously look for a partner.

Flourish logoA Flourish chart
Survei tersebut juga mencatat 56 persen responden –dari yang pernah menggunakan aplikasi pencarian pasangan- mengaku merasakan pengalaman yang kurang mengenakan ketika menggunakan perangkat tersebut. Dari mulai menemukan akun palsu, hingga mengalami kekerasan seksual hingga pencurian identitas.

Ini yang mungkin mendorong terjadinya sejumlah inisiatif perjodohan masih memanfaatkan teknologi namun secara luring (offline), seperti tren speed dating ataupun kencan buta alias blind date.

 

BacaJuga : Cara Mencari dan Kencan dengan Sugar Mom

 

Blind Date Indonesia adalah satu di antara pengusaha bisnis kencan buta yang terkumpul dana di dunia maya. Membuka bisnis sejak Desember 2023, telah ada 20 gelaran acara kencan buta yang mereka lakukan di daerah-daerah kota di Indonesia. Acara terbarunya acara Blind Date mereka pertunjukkan pada 16 Februari 2025 di Bandung.

Founder of Blind Date Indonesia, Mahathir Al Afghani Zein or Mas Al, explained that they once received up to 4 thousand applicants for the title in one batch.

“Thatlah kami seleksi lagi hingga hanya 10 sampai 20 pasangan,” he explained to Tirto, Thursday (13/2/2025).

Untuk sementara ada sudah tiga pasang memasuki tahap pernikahan berhasil dari program ini. Sangat efektif dengannya sebab acara yang paling awal saja baru berumur satu tahun lebih. “Itu yang dilaporkan ke kami. Yang lain kurang tahu karena dari tim tidak mau terlalu ikut campur urusan pribadi. Jadi yang dilaporkan atas inisiasi sendiri,” tambah Mas Al.

Dalam prosesnya ada team yang akan melakukan kurasi dengan mencocokkan kriteriasi dari form yang diinputkan peserta. ” Ini bisa mengurangi risiko bertemu orang yang tidak cocok,” jelasnya.

Blind Date

Ilustrasi. Pria akan menghadiahkan kado dan bunga pada Hari Valentine ke kekasinya. Foto/iStock
Menurut dia, rata-rata peserta program ini adalah mereka yang memang sudah serius menemukan partner hidup mereka. ” Rata-rata (pesertanya) memang serius dan sudah mapan secara materi dan emosi,” jelas Mas Al.

Less efficient use of dating apps also was that which actually resulted in Mas Al, to create Blind Date Indonesia about a year ago. The dating experience that he had with his friends through dating apps frequently did not result in anything or live up to expectations.

Mas Al menyebut ada beberapa hal yang dia rasa menjadi kelebihan dari program kencan buta ini. Ada unsur keaslian dan kejutan dalam melakukan blind date. Tanpa tahu latar orang yang akan ditemui orang bisa lebih spontan dan bebas berekspektasi. Selain itu program seperti ini juga minim distraksi digital.

“Dating apps terus menerus membuat orang terlalu sibuk ber-swipe kanan-kiri, while blind date langsung menghubungkan dua orang tanpa harus banyak chatting sebelumnya,” kata Mas Al.

Prinsip kencan buta juga menawarkan kesan personal dan realistis karena dengan bertemu secara langsung, dua orang bisa langsung merasakan chemistry antara mereka tanpa harus melalui medium teks atau gambar yang bisa dimanipulasi. Selain itu menurut Mas Al, blind date juga tidak banyak drama.

“Sama halnya dengan di aplikasi dating, banyak orang overthinking karena ada terlalu banyak opsi atau bahkan di ghost. Blind date –langsung bertemu– dapat langsung mengetahui nyambung atau tidak,” ujarnya.

Dua hal ini disebut Mas Al terakhir, sama seperti pengalaman Zefa di awal. Ini menunjukkan program kencan buta ini memberikan layanan yang sesuai dengan ekspektasi penggunanya.

Dikit beragam dengan ide speed dating yang diceritakan oleh Zefa, program Blind Date Indonesia melakukan konsep harafiah “buta” dalam cintanya.

“Peserta akan berbicara dengan mata terusut, agar saling mengenali kepribadianya dulu sebelum wajahnya, sekitar 15 menit. Kegiatannya hanya fokus berbicara,” klarifikasi Al.

Berikutnya peserta akan diberi kesempatan untuk menentukan sendiri apakah sesuai atau hanya akan terus menjalankan kencan sebagai teman saja. Bukan hanya ngobrol, tim Blind Date Indonesia juga memberikan bumbu acara mereka dengan kegiatan seperti game. Semoga peserta yang masih malu-malu akan lebih terbuka.